Senin, 22 Oktober 2007

Dewa Wisnu

Dewa Wisnu
Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (Devanagari: विष्णु ; Viṣṇu) (disebut juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagai "shtiti" (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman. Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci dan Dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Advaita Vedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata “Viṣṇu” berasal dari Bahasa Sansekerta, akar katanya "viś", (yang berarti "menempati", “memasuki”, juga berarti “mengisi” — menurut Rigveda), dan mendapat akhiran “nu”. Kata Wisnu kira-kira diartikan: "”Sesuatu yang menempati segalanya”". Pengamat Weda, Yaska, dalam kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai “vishnu vishateh”; “sesuatu yang memasuki segalanya”, dan “yad vishito bhavati tad vishnurbhavati”; “yang mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu”. Adi Sankara menyatakan: "kekuatan dari Yang Maha Kuasa telah memasuki seluruh alam semesta. Akar kata Viś berarti 'masuk ke dalam.'"

Dewa Wisnu Dalam Sastra Hindu
Dalam Sastra Hindu banya yang menyebut-nyebut nama Wisnu diantara Dewa-Dewi lain nya. Dlama kitab Weda Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama Indra, yang membantunya membunuh Vritra, dan ia bersamanya meminum Soma. Hubungan nya yang deket dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara.
Dalam Veda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai "Tri-wikrama" atau "Uru-krama" untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga. Dalam kitab Purana, Dewa Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihāsa. Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam Bhagawad Gita, Dewa Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna kemudian ia menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu.

Wujud Dewa Wisnu

Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai Dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan enam, masing-masing memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Dewa Wisnu adalah senjata chakra dan kulitnya yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.

Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:


  1. Jñāna: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
  2. Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
  3. Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
  4. Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
  5. Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
  6. Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk

Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam.

Awatara Dewa Wisnu

Dalam Purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Wujud dari penjelmaan Wisnu tersebut beragam, hewan atau manusia. Awatara yang umum dikenal oleh umat Hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatār.

Sepuluh Awatara Wisnu:

* matsya (Sang Ilan)
* Kurma (Sang Kura - Kura)
* Waraha (Sang Babi Hutan)
* Narasimha (Sang Manusia-Singa)
* Wamana (Sang Manusia-cebol)
* Parasurama (Sang Brāhmana-Kshatriya)
* Rama (Sang pangeran)
* Krisna (Sang pengembala)
* Buddha (Sang pemuka agama)
* Kalki (Sang penghancur)

Di antara sepuluh awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini sudah menjelma dan pernah turun ke dunia oleh umat Hindu, sedangkan awatara terakhir (Kalki) masih menunggu hari lahirnya dan diyakini menjelma pada penghujung zaman Kali Yuga.

Hubungan dengan Dewa lain

Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra, Wisnu juga memiliki hubungan dekat dengan Brahmā dan Siwa sebagai konsep Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran umum, Dewa Wisnu sering dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut.
Di Bali, Dewa Wisnu dipuja di sebuah pura khusus untuk beliau, bernama Pura Puseh, yakni pura yang harus ada di setiap desa dan kecamatan. Di sana ia dipuja sebagai salah satu manifestasi Sang Hyang Widhi yang memberi kesuburan dan memelihara alam semesta.

Menurut konsep Nawa Dewata dalam Agama Hindu Dharma di Bali, Dewa Wisnu menempati arah utara dalam mata angin. Warnanya hitam, aksara sucinya “U” (ung).

Tidak ada komentar:

 


template by : uniQue  |    modified by : Seputar Bali