Kamis, 25 Oktober 2007

Buddha (Sang pemuka agama)

Siddhartha Gautama

Dalam ajaran Agama Hindu Buddha sebagai Awatara Dewa Wisnu adalah Sebuah konsep salam agama hindu yang dimaksudkan untuk menghormati sang buddha. Siddhartha Gautama, pendiri agama Buddha. Buddha Awatara atau sang Buddha merupakan seorang tokoh penting yang muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai Awatara kesembilan dari Dasa Awatara Dewa Wisnu. Dalam Bhagavata Purana, beliau disebut sebagai Awatara kedua puluh empat dari dua puluh lima Awatara Wisnu. Kata Buddha berarti “Dia yang mendapat pencerahan”. Buddha Awatara terlahir sebagai putera mahkota Raja Suddhodana di sebuah kerajaan Hindu bernama Kapilawastu di India Utara (sekarang merupakan wilayah kerajaan Nepal) dengan nama Siddharta Gautama yang berarti “Dia yang mencapai segala hasratnya”.

Namun ajaran Siddhartha Gautama tidak menekankan keberadaan "Tuhan sang Pencipta" [1] dan konsekuenskinya, agama Buddha termasuk bagian dari salah satu mazhab nāstika (heterodoks, harafiah "Itu tidak ada") menurut mazhab-mazhab agama Dharma lainnya, seperti Dvaita. Namun beberapa mazhab lainnya, seperti Advaita, sangat mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk maupun filsafatnya.


Riwayat singkat Sang Buddha

Pangeran Siddharta Gautama
Pangeran Siddharta Gautama lahir sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (± tahun 623 SM) (2400 tahun yang lalu). Siddharta bukanlah anak biasa. Dalam usia yang sangat muda, Siddharta ahli dalam segala bidang pengetahuan, bahkan melampaui anak-anak yang sebaya dengannya. Selain itu ia rajin bermeditasi, sangat gagah dan tampan, dan selalu menjadi pemenang dalam setiap perlombaan. Pada usia muda ia dinikahkan dengan puteri Yasodhara. Ia kemudian memiliki seorang putera yang diberi nama Rahula.
Ayahnya, Raja Suddhodana, sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan orang peminta-minta. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan membiarkan sesuatu yang bersifat sakit, tua, mati, dan peminta-minta dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat empat hal tersebut, orang tua, orang sakit, orang mati, dan peminta-minta. Keempat hal tersebut pula yang membuka pikirannya untuk mencari obat penawarnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.

Pemutaran Roda Dharma
Ajaran Sang Buddha pertama kali diterima oleh lima orang bhiksu: Kondanna, Bhaddiya, Mahanama, Assaji, dan Vappa. Hari pemutaran roda Dharma yang pertama tersebut diperingati oleh umat Buddha sebagai hari suci Asadha. Setelah saat itu, makin lama makin banyak orang yang menjadi pengikut Beliau. Inti ajarannya terangkum dalam tiga baris syair yang diajarkan-Nya:

Jangan berbuat kejahatan, perbanyak perbuatan baik. Sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha”.

Ajaran Siddharta Gautama atau Sang Buddha terkenal sebagai ajaran agama Buddha. Ajaran ini pula yang menjadi ajaran terpenting agama Buddha di seluruh dunia. Sang Buddha Parinirwana dalam usia delapan puluh tahun, pada bulan Waisaka purnamasidhi. Pada masa sekarang, hari kelahiran Beliau, hari Beliau mendapat pencerahan, dan hari Beliau Parinirvana, diperingati sebagai hari suci Waisak.




Buddha menurut umat Hindu

Dalam tradisi Hindu, Sang Buddha tidak memiliki posisi istimewa dalam Veda. Menurut kepercayaan umat Hindu, pada masa Kali Yuga, orang-orang mulai melupakan ajaran agama dan tindakan mereka melenceng atau tidak sesuai dengan Veda. Maka dari itu, Sang Buddha muncul untuk menyempurnakan kembali tindakan yang melenceng dari Veda dan menolak untuk menerapkan pengorbanan hewan.

Pada mulanya agama Buddha dianggap sebagai sebuah sekte oleh umat Hindu ketika ajarannya disebarkan di daratan India. Oleh umat Hindu, Siddharta sendiri dihormati dan diyakini sebagai salah satu penjelmaan (Awatara) Tuhan. Siddharta menolak diterapkannya lembaga kasta dan upacara-upacara dalam Veda, dan juga terdapat beberapa filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat Hindu, sehingga sekte yang didirikan Siddharta Gautama menjadi agama tersendiri.

Beberapa tokoh Hindu menganggap Buddha merupakan seorang tokoh yang memperbarui ajaran Veda. Dalam beberapa filsafat Hinduisme, Rama dan Krishna yang merupakan Awatara juga dipuja sebagai Dewa, namun Sang Buddha yang juga merupakan Awatara tidak dipuja dalam Hindu selayaknya Awatara yang lain.

Tidak ada komentar:

 


template by : uniQue  |    modified by : Seputar Bali